Refleksi Ramadhan: Islam dan Kelestarian Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Global
Pada 9 Maret 2025, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Fisika, bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UAD dan HMPS Pendidikan Vokasional Teknik Otomotif (PVTO), menggelar kajian Ramadhan bertema “Islam dan Kelestarian Lingkungan: Refleksi Ramadhan dalam Menjawab Krisis Global.” Acara ini dilaksanakan secara virtual melalui Google Meet dan diikuti oleh mahasiswa Pendidikan Fisika, PVTO, serta beberapa mahasiswa dari program studi lain di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Kajian ini menghadirkan Ibu Artiati Dina Puspitasari, M.Pd, sebagai narasumber. Beliau menekankan pentingnya peran seluruh elemen masyarakat, termasuk agama, dalam menjaga kelestarian lingkungan. Mengutip QS. Al-Anbiya: 107, beliau menjelaskan bahwa Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Selain itu, Muqosidussyariah (tujuan syariat Islam) menyoroti lima pokok utama, termasuk memelihara jiwa manusia dan harta, yang relevan dalam upaya menjaga lingkungan.
Dalam diskusi tersebut, dibahas pula fakta mengkhawatirkan dari laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2019, yakni bahwa manusia hanya memiliki waktu 11 tahun untuk mencegah kerusakan lebih lanjut di bumi akibat perubahan iklim. Ibu Ariati, yang juga ketua umum PP Nasyiah, menegaskan bahwa merusak lingkungan tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga melanggar ajaran agama, seperti yang ditekankan oleh Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah.
Sebagai solusi konkret, dikenalkan Model Al-Jayyousi yang dikenal dengan istilah JIZ, yang mencakup tiga konsep utama: (Green Activism), Ijtihad (Green Innovation), dan Zuhud (Green Lifestyle). Melalui refleksi di bulan Ramadhan ini, diharapkan umat Islam, mahasiswa khususnya, dapat mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan, dan menjadikan kegiatan ini sebagai langkah awal untuk turut merawat kelestarian bumi.
Kajian ini pula memberikan wawasan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab seluruh umat manusia dan harus menjadi prioritas dalam menghadapi krisis global. (*kiya)