CEO NVIDIA: “Kalau Bisa Jadi 20 Tahun Lagi, Saya Pilih Fisika, Bukan Ilmu Komputer”
Pernyataan mengejutkan datang dari Jensen Huang, CEO dan salah satu pendiri NVIDIA, perusahaan raksasa semikonduktor dan pemimpin global di bidang kecerdasan buatan (AI). Dalam sebuah wawancara di Beijing pertengahan Juli 2025, Huang menyatakan bahwa jika ia bisa kembali berusia 20 tahun, ia akan memilih mempelajari fisika, bukan ilmu komputer.
Huang menegaskan bahwa pemahaman fisika sangat penting untuk membangun masa depan AI, khususnya dalam mengembangkan apa yang ia sebut sebagai “Physical AI”, yakni kecerdasan buatan yang bukan hanya mampu berpikir, tetapi juga berinteraksi dengan dunia nyata. Menurutnya, konsep-konsep dasar seperti gesekan, inersia, dan sebab-akibat adalah kunci untuk menghadirkan sistem cerdas yang benar-benar memahami realitas fisik.
Pandangan ini sontak menjadi sorotan karena datang dari seorang tokoh yang sukses besar di bidang ilmu komputer dan teknologi perangkat keras. Namun justru hal itu mempertegas bahwa fisika adalah fondasi dari banyak terobosan teknologi modern, mulai dari komputasi grafis, robotika, hingga kecerdasan buatan.
Bagi Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan (UAD), pernyataan ini semakin meneguhkan bahwa pilihan untuk menekuni fisika adalah langkah strategis untuk masa depan. Fisika bukan hanya ilmu yang membahas hukum alam, tetapi juga dasar dari perkembangan teknologi digital yang kita nikmati hari ini.
Lulusan Pendidikan Fisika UAD telah terbukti unggul dalam penguasaan teknologi informasi untuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan arah perkembangan global yang menuntut integrasi antara fisika, komputasi, dan kecerdasan buatan. Dengan kurikulum yang responsif terhadap perkembangan zaman, termasuk pemrograman (coding) dan kecerdasan buatan (AI), prodi ini tidak hanya mempersiapkan calon pendidik, tetapi juga mencetak generasi yang adaptif, inovatif, dan siap berkontribusi pada kemajuan teknologi.
Pernyataan Jensen Huang dapat dibaca sebagai pesan kuat bagi generasi muda: fisika bukan ilmu hitung-hitungan semata, tetapi kunci untuk membuka masa depan teknologi. Bahkan seorang CEO perusahaan AI terbesar dunia pun berharap bisa kembali belajar fisika. Lalu, bagaimana dengan kita?