Mahasiswa berlatih mendeteksi kerentanan daerah terhadap gempa
Yogyakarta (19/1). Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan bekerja sama dengan Badan Metrologi, Klimatilogi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan kegiatan pelatihan peningkatan keterampilan bagi mahasiswa Pendidikan Fisika. Kegiatan yang diikuti oleh tujuh belas mahasiswa, yang bertempat di Stasiun Geofisika, yang ada di Jl.Wates Km. 8 Yogyakarta ini, berisi informasi dan praktik bagaimana melihat kerentanan suatu daerah terhadap gempa. Hal ini diperlukan melihat letak geografis Indonesia yang berada diantara dua lempeng yang sangat rentan terhadap gempa bumi.
Dalam sambutannya, Ariati Dina Puspitasari selaku dosen pembimbing kegiatan, menyampaikan bahwa mahasiswa diharapkan dapat memanfatkan pelatihan ini sebaik-baiknya, sebagai nilai tambah keunggulan yang mungkin tidak dimiliki oleh semua mahasiswa. “Kegiatan ini merupakan materi suplemen yang dapat mendukung materi di perkuliahan Fisika Bumi”, imbuhnya. Beliau juga menambahkan bahwa Indonesia merupakan negara rawan gempa, sehingga masyarakat perlu lebih aware lagi dalam hal pengetahuan-pengetahuan tentang kebumian.
Pada pelatihan yang dikemas dalam one day workshop ini, mahasiswa diberikan pengetahuan mengenai cara mendeteksi kerentanan suatu daerah terhadap gempa dengan mengenalkan batuan apa yang dapat menahan gempa dan bangunan seperti apa yang dapat memperkecil amplitudo gelombang gempa. Gempa yang selama ini dirasakan oleh masyarakat merupakan sebuah gelombang seismik yang dibagi dalam tiga gelombang yaitu Gelombang P (primer), Gelombang S (sekunder), dan Gelombang surface wave (gelombang permukaan). Ketiga gelombang ini akan dirasakan ketika gempa bumi terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Yang membedakan ketiga gelombang ini adalah kecepatannya. Untuk gelombang yang paling cepat adalah gelombang P (primer) dengan kecepatan 8 km/detik, gelombang S (sekunder) kecepatannya 5 Km/detik, dan gelombang surface wave memiliki kecepatan 3 km/detik. Selain pengetahuan tentang gempa, mahasiswa juga berkesempatan untuk praktik cara menggunakan aplikasi portable seismograph, yaitu merupakan perangkat pengukur dan pencatat aktivitas gempa bumi.
Kepala Observasi BMKG PGR VII mengatakan apresiasinya pada Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan atas kunjungan dan kepercayaan memberikan pelatihan tentang gempa bumi. Beliau juga menyampaikan bahwa belum ada universitas lain yang mengadakan program seperti ini. Beliau berharap para peserta pelatihan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat berupa pengetahuan terkait kegempaan. “Sampai detik ini belum ada teknologi yang bisa mendeteksi gempa sebelum terjadinya gempa itu sendiri. Namun riset terus kami lakukan untuk mengetahui kapan terjadinya gempa. Jika ada di whatssap atau media sosial lainnya broadcast yang mengatakan akan terjadi gempa, mohon untuk membantu kami menjelaskan bahwa itu merupakan hoax. Teknologinya masih belum ada, masih sekedar riset” pungkasnya. (*noeng)